Faktor Pendorong Pergerakan Nasional Indonesia - Kolonialisme dapat diartikan sebagai penguasaan atas suatu bangsa yang dilakukan oleh daerah atau bangsa lain. Sedangkan imperialisme merupakan politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yg lebih besar. Kedua istilah itu mempunyai ide pokok yang sama yaitu upaya penjajahan suatu bangsa yang dilakukan oleh bangsa lainya.
Dalam catatan sejarah, Indonesia pernah mengalami masa kolonialisme dan imperialisme atau dapat disebut sebagai masa penjajahan dari Bangsa Eropa yaitu Belanda. Hegemoni kekuasaan Belanda atas sebagian besar wilayah Indonesia berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Sejak kolonialisme Belanda menancap kuat di Indonesia, kemorosotan kualitas kehidupan masyarakat bumiputera di berbagai bidang semakin tajam. Seperti yang dikatakan Barus, Hindia Belanda (Nama Indonesia sebelum merdeka) tak ubahnya seperti sapi perahan bagi Belanda.
Selama penjajahan di Indonesia masih ada, selama itu pula perlawanan masyarakat bumiputera akan terus diperjuangkan demi terbebasnya diri dari jeratan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kolonialisme dan imperialisme.
Perlawanan bangsa Indonesia sejak abad ke-16 hingga ke-19 bersifat lokal atau sporadis. Perlawanan tersebut sangat banyak dan terjadi di seluruh wilayah Indonesia bahkan ada yang terjadinya dalam waktu yang bersamaan. Perlawanan seperti itu dengan mudahnya dapat diatasi oleh Belanda. Hal ini juga diakibatkan oleh adanya Politik Adu Domba (Devide Et Impera) yang diberlakukan oleh Belanda.
Menjelang akhir abad ke-19, muncul suatu kesadaran untuk berbangsa dan bernegara dari segenap masyarakat Indonesia. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa momen ini dapat disebut sebagai cikal bakal lahirnya masa pergerakan nasional Indonesia. Apa yang menjadi pembeda kondisi menjelang akhir abad-19 dengan masa sebelumnya? Artikel singkat di bawah ini akan berusaha mendeskripsikan kondisi pada kehidupan masyarakat indonesia pada akhir abad ke-19.
Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional.
Seperti halnya perlawanan yang dilakukan secara fisik (peperangan) oleh para raja, pemimpin agama, pemimpin lokal sebelum abad ke-19, munculnya pergerakan nasional Indonesia terutama disebabkan 2 faktor pendorong baik yang ada di dalam negeri (faktor internal) dan dipengaruhi oleh perjuangan bangsa-bangsa lain yang mempunyai nasib yang sama dengan bangsa Indonesia (faktor eksternal).
Faktor Pendorong Pergerakan Nasional Dari Dalam Negeri.
Kondisi dalam negeri cukup kompleks meliputi kondisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.
Pelajar Bumiputera (Sumber : http://tedobagibagiilmu.blogspot.com) |
1. Faktor Politik.
Pemerintah kolonial Belanda secara sistematis mampu merubah keseluruhan tatanan politik khususnya di bidang pemerintah. Para penguasa pribumi tidak lagi memiliki kekuasaan dan kewenangan atas wilayah yang mereka pimpin. Mereka diikat kontrak dengan ketentuan wilayah yang mereka pimpin adalah bagian dari Hindia Belanda.
Para penguasa pribumi (Raja, Bupati dll) dipilih dan diangkat oleh pemerintah kolonial. Mereka adalah pegawai pemerintah dan mendapat upah dari pemerintah kolonial. Mereka wajib melaksanakan apa yang menjadi perintah pemerintah.
Kondisi itu membuat para penguasa pribumi kehilangan kepercayaan dari rakyatnya. Rakyat yang sudah merasa menderita dari kebijakan pemerintah kolonial merasa tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah akan nasibnya.
2. Faktor Ekonomi
Meminjam perkataan Barus, “Hindia Belanda tidak ubahnya sapi perahan bagi Pemerintah Belanda”. Melalui politik “Drainage” berbagai sumber daya alam Hindia Belanda dikeruk untuk dibawah ke Negeri Induk, Belanda. Rakyat tidak lagi menjadi tuan atas tanahnya sendiri.
Mereka kehilangan hak-hak atas tanah miliknya sendiri dan dipaksa bekerja sebagai buruh dengan upah yang jauh dibawah standar kesejahteraan. Belum lagi jam kerja yang seringkali melewati aturan yang telah ditentukan oleh pemerintah kolonial sendiri.
Upeti atau pajak tetap dibebankan kepada masyarakat bumiputera. Ikatan budaya seperti seserahan , upacara-upacara adat / keagamaan tetap harus dilakukan dengan biaya sendiri, semakin membuat rakyat sulit untuk keluar dari garis kemiskinan.
3. Faktor Pendidikan
Sampai abad ke-19 perhatian pemerintah kolonial terhadap bidang pendidikan masih sangat kurang. Memang telah didirikan sekolah seperti Sekolah Dokter Jawa pada 1851 yang nantinya menjadi STOVIA.
Memasuki abad ke-20, dengan adanya politk Etis, jumlah sekolah yang tersebar di seluruh Hindia Belanda meningkat drastis, namun tetap saja dirasa masih kurang, mengingat jumlah rakyat Indonesia yang banyak (601 sekolah untuk 37 juta penduduk).
Diskriminasi di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial sangat terasa. Tidak semua rakyat bumiputera diperbolehkan untuk mengecam pendidikan tinggi. Diberlakukan syarat tertentu seperti keturunan, jabatan dan kekayaan.
Bagi mereka yang tidak memenuhi syarat, maka hanya akan mendapat pendidikan dari sekolah desa. Mereka diajar hanya untuk sekedar bisa membaca, menulis, dan berhitung. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia atau bahasa lokal.
Namun bagi mereka yang memenuhi syarat tersebut, dapat mengikuti sekolah modern dengan sistem pendidikan Barat hingga ke jenjang perguruan tinggi. Dengan bahasa pengantar bahasa Belanda, pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki semakin luas. Banyak buku-buku berbahasa Belanda yang mereka baca yang membuka kesadaran jika kondisi bangsanya sudah jauh tertinggal dan tertindas. Pelajar-pelajar muda inilah yang nanti menjadi motor penggerak pelawanan bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional.
4. Faktor Sosial
Diskriminasi yang dialami oleh rakyat bumiputera tidak hanya terjadi di bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang status sosial. Berdasarkan golongan dalam masyarakat, status orang Indonesia, lebih rendah daripada status golongan orang Timur Asing (Cina, Arab), Pedagang-pedagang Cina, misalkan diberi berbagai kemudahan. Sedangkan golongan tertinggi adalah kaum kulit putih, Bangsa Eropa.
Ruang publik seperti tempat pemandian, restoran bahkan pada angkutan umum, seperti kereta api, rakyat bumiputera tidak diperkenan masuk.
Di bidang ekonomi juga terjadi diskriminasi, gaji orang bumiputera selalu di bawah mereka yang berasal dari Eropa meskipun secara jabatan mereka sama, bahkan pada beberapa kasus, ditemukan jika anda memiliki nama orang Belanda maka akan diperlakukan lebih meski tidak murni keturunan Eropa.
5. Faktor Budaya
Kaum penjajah berhasil memasukkan nilai – nilai budaya asing, sehingga mengakibatkan merosotnya beberapa budaya Indonesia dan hampir kehilangan kepribadiannya.
Faktor Pendorong Pergerakan Nasional Dari Luar Negeri
Faktor luar negeri yang banyak berperan dalam mempecepat proses pergerakan politik di Indonesia, diantaranya :
1. Kemenangan Jepang atas Rusia Tahun 1905
Pada tahun 1905, Rusia terlibat perang dengan Jepang. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Jepang. Kekalahan Rusia atas Jepang merupakan suatu pukulan yang terberat dan sangat memalukan bagi Rusia. Selama ini ada suatu anggapan dan kepercayaan bahwa: ras kulit putih adalah ras yang terunggul di dunia , tetapi dengan kekalahan Rusia tersebut membuktikan bahwa ras kulit putih dapat dikalahkan oleh ras kulit berwarna. Bagi Jepang dan negara-negara Asia lainnya, kemenangan tersebut sangat menggembirakan dan dapat menggugah perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, orang kulit putih. Sebaliknya bagi Rusia, kekalahan ini sangat memalukan dan menunjukkan kelemahan Rusia.
2. Pergerakan Kebangsaan India
Perkembangan pergerakan nasional di India pun memberi pengaruh terhadap pergerakan nasional indonesia. Pada tahap awal, pergerakan nasionalisme India bersifat gerakan sosial dan pendidikan.
Memasuki abad ke-19 gerakan nasional India semakin radikal. Pergerakan nasional India dipimpin oleh Mohandas Karamchand Gandhi, lebih dikenal dengan nama Mahatma Gandhi pemimpin India yang besar, lahir 2 Oktober 1869 di Porbandar, negara Kathiawad (sudamapari) putera dari Karamchand Gandhi alias Kaba Gandhi.
Mahatma Gandhi (Sumber : thereadingpoint.com) |
Dalam upayanya membebaskan India dari kolonialisme, Mahatma Gandhi menggunakan beberapa pendekatan perjuangan berdasarkan :
- Ahimsa (Gerakan antikekerasan yang melarang pembunuhan)
- Satyagraha (Gerakan untuk tidak bekerja sama dengan kaum penjajah (Inggris))
- Hartal (Pemogokan yaitu perlawanan melalui gerakan tidak berbuat apaapa, meskipun mereka datang ke tempat kerja)
- Swadesi (Gerakan untuk mempergunakan produksi sendiri, tidak menggantungkan kepada produk bangsa lain)
3. Pergerakan Nasionalis Tiongkok (Cina)
Gerakan Nasionalisme di Cina, lahir dikarenakan kondisi sebagai berikut :
- kekecewaan rakyat terhadap penguasa Manchu
- kekalahan dalam Perang Candu tahun 1842
- keinginan untuk membentuk negara sendiri
- Kaisar Manchu dinilai bukan keturunan bangsa Cina dan lemah saat menghadapi penjajahan bangsa Eropa, AS, dan Jepang
Pada tahun 1911, Kaisar Manchu digulingkan oleh Rakyat dan Cina menjadi Republik. Namun dalam perkembangannya Republik Cina tidak berjalan stabil karena sering terjadi pertikaian hingga tampil nama Dr. Sun Yat Sen yang berusaha memperbaiki kondisi itu.
Dr. Sun Yat Sen mencita-citakan Cina baru yang didasarkan San Min Chu I (Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yaitu :
- nasionalisme,
- demokrasi,
- dan sosialisme.
Karena keberhasilannya memimpin gerakan revolusi Cina, Dr. Sut Yan Sen menjabat sebagai presiden Cina pada tahun 1916-1922. Pada tahun 1924, Sun Yat Sen meninggal dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
4. Gerakan Nasionalisme Turki
The Sick Man, itulah julukan Turki setelah masa pemerintahan Sultan Muhammad II berhasil dikuasai penjajah Barat. Banyak wilayah dan pengaruh yang hilang dari mereka. Sejak saat itu muncul usaha untuk melakukan modernisasi di Turki yang dipimpin oleh
- Rasjid Pasha, Fuad,
- Namik Kemal,
- Ali Pasha,
- Midhat Pasha,
- dan Kemal Pasha
Para tokoh pergerakan Turki memiliki Tujuan :
- Menyelamatkan Turki dari keruntuhan dengan mengadakan reorganisasi negara secara modern,
- Membentuk dan mengembangkan nasionalisme Turki,
- dan mempersatukan Turki ke dalam satu bahasa, bangsa dan negara.
Upaya mereka berhasil dan Republik Turki berdiri pada tanggal 29 Oktober 1923 dan Kemal Pasha menjadi presiden yang pertama.
5. Gerakan Nasional Mesir
Menguatnya semangat persatuan di Mesir dipengaruhi oleh beberapa sebab :
- Pengaruh dari Revolusi Prancis yang dibawa Napoleon saat menduduki Mesir tahun 1798. Paham liberal yang melanda Mesir menyebabkan munculnya kelompok terpelajar yang berorientasi modern. Mereka pernah menempuh pendidikan di Eropa dan berbagai universitas ternama di Beirut dan Damsyik.
- Pengaruh Gerakan Turki Muda, Nilai-nilai persatuan yang diperjuangkan nasionalis Turki mampu menggugah semangat bangsa Mesir untuk bersatu.
Setelah Perang Dunia I, Mesir menuntut kemerdekaan kepada Inggris. Akhirnya tahun 1922, Mesir menjadi kerajaan di bawah persemakmuran Inggris. Tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh. Selanjutnya, Terusan Suez dikuasai Mesir kembali pada tahun 1956 setelah dinasionalisasi oleh Gamal Abdul Nasser.
Semoga tulisan diatas bermanfaat untuk proses belajar sejarah sobat. Terima kasih atas kunjungannya dan apabila ada yang mau bertanya atau memberikan masukan untuk tulisan di atas silahkan tinggalkan komentar pada kolom yang telah disediakan. Demikian yang dapat saya bagikan kepada sobat terkait Faktor Pendorong Pergerakan Nasional Indonesia.
Semoga tulisan diatas bermanfaat untuk proses belajar sejarah sobat. Terima kasih atas kunjungannya dan apabila ada yang mau bertanya atau memberikan masukan untuk tulisan di atas silahkan tinggalkan komentar pada kolom yang telah disediakan. Demikian yang dapat saya bagikan kepada sobat terkait Faktor Pendorong Pergerakan Nasional Indonesia.
Salam Historia!
Sumber Referensi :
Amrin Imran dan Saleh A. Djamhari. 1998. Sejarah Nasional dan Umum 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Imtam Rus Ernawati dan Nursiwi Ismawati. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA Program Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional