Hai sobat sejarah, pada kesempatan kali ini saya akan berbagi salah satu pahlawan nasional yang berjiwa ksatria asal tanah Batak yang rela mati untuk bangsanya dan tidak mau mengkhianati bangsanya sendiri demi kekuasaan semata. Simak narasi singkat Sisingamangaraja XII, Raja Tanah Batak yang Berani Menolak di bawah ini :
Meski Sisingamangaraja XII telah menyatakan perang kepada Belanda pada tahun 1876 namun peperangan antara keduanya barulah terjadi pada tahun 1877, ketika para misionaris di Silindung dan Bahal Batu yang merasa terancam oleh Sisingamangaraja XII meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk membantu mereka.
Profil Singkat :
Lahir : Bakkara,
Tapanuli, 18 Februari 1845
Wafat : Simsim, 17 Juni
1907
Makam : Pulau Samosir
Gelar Pahlawan Nasional : SK Presiden RI
No. 590 / 1961
Genealogi Sisingamangaraja XII
Sejak lahir
Sisingamangaraja XII mempunyai nama Patuan Boru Ompu Pulo. Ayahnya adalah Raja
Sisingamangaraja XI dan ibunya bernama Ompu Boru Situmorang. Ayahnya wafat pada
tahun 1867, akibat penyakit kolera yang dideritanya. Setelah itu ia naik tahta
menggantikan ayahnya dan bergelar Sisingamangaraja XII.
Sisingamangaraja
terdiri dari tiga kata, yakni 'si', 'singa', dan 'mangaraja'. 'Si' merupakan
kata sapaan, 'singa' adalah bahasa Batak yang mempunyai arti bentuk rumah Baka
dan 'mangaraja' maksudnya sama dengan kata 'maharaja'. Jadilah Sisingamangaraja
diartikan sebagai Maharaja orang Batak.
Menurut
Warta Sejarah, terdapat dua versi terkait asal-usul Sisingamangarja dan
kerajaan Batak :
- Sisingamangaraja dianggap sebagai keturunan seorang penjabat raja Pagaruyung yang berkuasa di Sumetera saat itu. Dalam catatan Raffles, dituliskan jika Sisingamangaraja adalah keturunan Minangkabau dan sampai abad ke 20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya ke pemimpin Pagaruyung.
- Berdasarkan mitos rakyat setempat, Sisingamangaraja I adalah keturunan Bona Ni Onan bermarga Sinambela. Sisingamangaraja I diramalkan akan menjadi titisan dari Batara Guru dan kelak akan menjadi raja besar.
Baca Juga : Perjuangan Danudirja Setiabudi (Ernest Douwes Dekker)
Ciri-ciri Sisingamangaraja XII
Menurut Raja Ompu Babiat Situmorang yang dikutip oleh historia.id, Sisingamangaraja XII mempunya ciri-ciri sebegai berikut :Sumber : historia.id |
- · Tingginya sekitar dua meter,
- · Wajahnya agak lonjong,
- · Tidak berkumis karena suka dicabutin pakai pinset,
- · Alisnya tebal,
- · Jenggotnya agak kemerahan pada ujung-ujungnya dan agak mengarah ke atas,
- · Rambutnya yang panjang diikat seperti timpus (buntelan di belakang kepala),
- · Dadanya yang bidang dipenuhi bulu yang agak kasar,
- · Hidungnya mancung tapi agak besar,
- · Dahinya lebar.
Agama Sisingamangaradja XII
Penting untuk mengetahui
agama yang dianut Sisingamangaraja XII dikarenakan adanya hubungan dengan latar
belakang terjadinya Perang Batak (1877-1907) selama 30 tahun lamanya.
Sisingamangaraja XII penganut agama lokal
Jauh sebelum agama Islam
dan Kristen masuk ke tanah Batak, sudah ada ajaran (animisme) nenek moyang yang
dianut mayoritas penduduk di sana dan disebut Ugamo Batak, kadang disebut juga
Parbegu dan masih ada sebutan lainnya.
Selain ajaran Parbegu.
Berkembang juga ajaran orang Batak yang disebut Malim, penganutnya disebut Parmalim.
Ada yang beranggapan jika Sisingamangarja adalah Parmalim.
Bagi sebagian orang Toba,
Malim lebih dari sekadar agama, melainkan menjadi gerakan sosial dan
politik yang menganggap Sisingamangaraja XII sebagai pemimpin suci dan
bertujuan untuk melestarikan pola kehidupan pra-kolonial.
Sehingga tidak
mengherankan apabila Sisingamangaraja XII didukung penuh masyarakat Toba. Parmalim menjadi salah satu kunci
kegigihan Sisingamangaraja XII dan rakyatnya dalam melawan Belanda sampai titik
darah penghabisan.
Baca Juga : Biografi HOS Cokroaminoto
Sisingamangaraja pemeluk agama Islam
Selain itu ada pendapat
lain yang menggangap Sisingamangaraj beragama Islam. Mereka yang beranggapan
seperti mempunyai dasar sebagai berikut :
- Negeri Toba yang dipimpin Sisingamangaraja XII pernah menjadi wilayah taklukan Kesultanan Paguruyung, kerajaan Islam di Minangkabau (Sumatera Barat).
- Menurut Sir Thomas Raffles, Sisingamangaraja masih keturunan Minangkabau atau Pagaruyung (Semula Pagaruyung adalah kerajaan Hindu. Setelah Majapahit runtuh, Pagaruyung beralih menjadi kerajaan Islam sejak awal abad 16). Pengaruh Pagaruyung, menjadi salah satu alasan untuk meyakini Negeri Toba taklukannya, yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII, pun menganut agama yang sama.
- Dari stempel milik Sisingamangaraja XII memiliki nuansa Islam, seperti penulisan tauhn hijrah Nabi, adanya simbol Bulan dan Matahari yang notabene identik dengan simbol Islam.
- Adanya laporan dari para penginjil RMG (Rheinische Missionsgeselleschaff).
Perdebatan akan agama
yang dianut oleh Sisingamangaraj XII sampai kini masih menjadi topik yang
selalu hangat untuk diperbincangkan.
Kepemimpinan Sisingamangaraja XII dalam Perang Batak
Sejak kemenangannya di Perang Padri pada tahun 1837, pemerintah kolonial Belanda memiliki kemudahan untuk memperluas daerah jajahan hingga Minangkabau dan Tapanuli Selatan. Kemudian disusul jatuhnya daerah Natal, Mandailing, Barumun, Padang Bolak, Angkola, Sipirok, Pantai Barus dan kawasan Sibolga.
Sejak itu Tanah Batak terbagi menjadi 2 bagian yakni wilayah-wilayah yang telah direbut dijadikan wilayah Gubernemen yang disebut “Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden”, yang tunduk kepada Gubernur Belanda di Padang.
Sedangkan wilayah-wilayah yang belum ditaklukkan pemerintah Kolonial Belanda seperti Silindung, Pahae, Habinsaran, Dairi, Humbang, Toba, Samosir tetap diakui sebagai “De Onafhankelikle Bataklandan” atau Tanah Batak yang merdeka.
Sumber : Wikipedia.org |
“Regerings Besluit” yang diumumkan oleh Belanda pada tahun 1876 menyatakan daerah Silindung atau Taruntung dan sekitarnya harus tunduk kepada Residen Belanda di Sibolga.
Sedangkan Sisingamangaraja XII dikenal sebagai sosok yang anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.
Akibatnya Sisingamangaraja XII bereaksi untuk melawan upaya Belanda menguasai tanah Batak. Ia pun menghimpun kekuatan bersama raja-raja Batak lainnya dalam suatu rapat besar di Pasar Balige pada bulan Juni 1876, dimana hasil rapat itu yaitu :
- Menyatakan perang terhadap Belanda
- Zending Agama tidak diganggu
- Menjalin kerjasama Batak dan Aceh untuk sama-sama melawan Belanda.
Jalannya Perang Batak (1877 – 1907)
Meski Sisingamangaraja XII telah menyatakan perang kepada Belanda pada tahun 1876 namun peperangan antara keduanya barulah terjadi pada tahun 1877, ketika para misionaris di Silindung dan Bahal Batu yang merasa terancam oleh Sisingamangaraja XII meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk membantu mereka.
Pada tanggal 6 Februari 1878, pasukan Belanda sudah tiba di Pearaja untuk selanjutnya mendirikan benteng pertahanan di Bahal Batu, namun segera Sisingamangaraja XII menyerang pos Belanda di Bahal Batu.
Kedatangan Kolonel engles beserta pasukan tambahannya sebanyak 250 orang dari Sibolga ke Residen Boyle pada tahun 1878 membuat situasi berbalik dan Bangkara sebagai pusat pemerintahan Sisingamangaraja XII dapat ditaklukkan seluruhanya pada tanggal 3 Mei 1878.
Kondisi itu membuat Sisingamangaraja XII dan pengikut setianya terpaksa keluar dari Bangkara, namun ia pantang menyerah. Sadar akan kelemahan yang membuatnya kalah maka ia berusaha merubah taktik dan meningkatkan kemampuan perang pasukannya.
Baca Juga : KH. Samanhudi - Pedagang Batik Berpikiran Progresif, Pencetus Organisasi Beranggota Masif.
Berangkatlah ia ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh untuk berlatih perang Keulama. Sedangkan untuk taktiknya mirip taktik perang gerilya (dilakukan secara tiba-tiba).
Pada tahun 1888, perjuangan Sisingamangaraja XII dan pejuang-pejuang Batak (beserta pasukan Aceh dari Trumon) dilanjutkan dengan melakukan penyerangan ke Kota Tua, namun penyerangan ini dapat ditumpas oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh J. A Visser.
Sisingamangaraja XII dan pasukan Batak kembali melakukan penyerangan pada tanggal 8 Agustus 1889 dan mampu membuat pasukan Belanda mundur daru Lobu Talu.
Namun kemenangan itu tidaklah bertahan lama, karena pada tanggal 4 September 1889, Lobu Talu direbut kembali oleh pasukan Belanda sehingga membuat pasukan Batak mundur ke Passinguran hingga ke daerah Horion.
Peperangan sengit antara Sisingamangaraja XII dan Belanda terus berlanjut dan seperti belum menemukan titik akhirnya, sehingga membuat Belanda coba merubah taktik perang mereka dengan bernegosiasi dengan pihak Sisingamangaraja XII.
Belanda menjanjikan Sisingamangaraja XII menjadi Sultan Batak dengan segala keistimewaan yang akan diperolehnya jika mau tunduk kepada Belanda. Namun semua iming-iming dari Belanda ditolaknya. Ia lebih memilih untuk tidak tunduk kepada Belanda dan tidak mau mengkhianati mereka yang telah mendukungnya selama perang berlangsung.
Penolakan itu membuat Belanda marah. Pasukan pencari jejak dari Afrika (dijuluki Si Gurbak Ulu Na Birong) pun dikerahkan untuk mencari tempat persembunyian Sisingamangaraja XII.
Akhir Perang Batak
Satu demi satu kekuatan pasukan Sisingamangaraja XII ditangkap seperti pada tahun 1906, Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal, Amandopang Manulang tertangkap dan Penasehat khusus Sisingamangaraja XII.
Selanjutya Boru Sagala, Istri Sisingamangaraja XII, putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim, Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Sisingamangaraja XII tetap berjuang hingga titik darah penghabisan, namun pada tahun 1907, ia gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi dalam pertempuran oleh peluru Marsuse Belanda Kapten Christoffel di pinggir kali Sibulbulon, di desa Onom Hudon, Kabupaten Tapanuli.
Gugurnya Sisingamangaraja XII merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda.
Demikianlah akhir seri pahlawan nasional yang mengangkat narasi sejarah Sisingamaraja XII, Raja Tanah Batak yang Berani Menolak. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Salam Historia
Sumber :
- http://historia.id/modern/cerita-di-balik-gambar-sisingamangaraja-xii
- https://serbasejarah.wordpress.com/2009/09/28/mempersoalkan-agama-sisingamangaraja-xii/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sisingamangaraja_XII
- https://www.kompasiana.com/www.roysimamora.com/sisingamangaraja-xii-semangat-pejuang-yang-menginspirasi_55194e46a333110317b6598c
- http://wartasejarah.blogspot.co.id/2016/06/perlawanan-sisingamangaraja-xii-dan.html
- https://belanegarari.com/2009/03/18/riwayat-singkat-perjuangan-pahlawan-nasional-raja-sisingamangaraja-xii/
- Pranadipa Mahawira. 2013. Cinta Pahlawan Indonesia Nasional Indonesia-Mengenal dan Meneladani. Jakarta: Wahyu Media